Ingin teriak rasanya, ingin berhenti sejenak dari kehidupan
nyata ini, aku lelah dengan semuanya, semua kebohongan, bualan, dan janji ini.
Aku tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku tak tahu
apa salahku, aku tak tahu
Semua karena cinta, semua untuk cinta, semua ini tentang
cinta.
Iya cinta, satu kata yang manis tetapi pahit diakhirnya,
penuh makna yang tak kumengerti, penuh rahasia.
Setiap bertemu dengannya aku bahagia, aku senang, melihat
senyumnya yang manis, rambutnya yang coklat berkilau, kulit hitam manis khas
seorang perempuan jawa
Tapi..
Semua kini berubah ketika kita saling bertengkar, saling
beradu mulut.
Emosi meluap, perasaan menjadi hilang seketika, ketika
egoismu menguasai, aku tak dapat berbuat apa apa, selama ini aku hanya dapat
mengalah dan mengalah, tanpa dapat kamu mengerti apa yang kurasa.
Aku mencintaimu sepenuh hatiku, sepenuh jiwaku, kupercaya
padamu disaat semua orang menancapkan kata kata pedasnya padaku, pada kita.
Aku mencintaimu sepenuh hatiku, sepenuh jiwaku, tanpa pernah
memikirkan arti perbedaan kita, yang kutau kita saling mencinta saling
menyayangi, dengan semua yang terjadi hari ini, aku rasa harapan itu pupus.
Kita harus berpisah..
Semua sudah kulakukan, memohon, menangis, seperti layaknnya binatang
yang memohon mati
Aku memang tak tahan dengan semua keegoisanmu, tapi itu
semua adalah bagian dari tujuanku untuk membuatmu menjadi lebih baik, lebih
dewasa, ini juga kan untukmu dan kamu yang akan menikmatinya ketika dewasa
nanti bukan?.
Aku tak dapat membendung tangis ini, aku tak mampu.
Semua kata terasa habis dari kerongkongan ini, aku tak tahu bagaimana caranya agar kamu
dapat mengerti semua arti dari “ini”.
Aku berdiri sendiri, melihatmu pergi menghilang dari
pandanganku, meninggalkan bekas luka yang terkena cuka, meninggalkan kenangan
dan juga bayangmu yang selalu menghantuiku.
Aku harus bangkit dari keterpurukan ini, aku mampu dan bisa
menjalani hari hari tanpamu, sudah menjadi keseharusan bukan?.
Banyak hal yang kupelajari, tetapi aku tak tahu harus
memulai dari mana, begitu banyak sehingga aku sendiri menjadi bingung.
Hari demi hari berlalu, sudah kesekian kalinya hal ini
terjadi, aku tak tahu apakah kamu akan kembali atau tidak sama sekali, tapi
selama rentan waktu itu, aku harus belajar mlupakanmu dan aku harus belajar
untuk tidak mengharapkan dirimu lagi untuk kembali, mungkin cerita kita harus
sampai disini, cukup disini, aku harus menutup buku yang sudah kusam penuh noda,
tetesan air mata dan darah.
Disini lah kita harus berpisah, semua kenangan, semua
kebahagiaan yang telah kau berikan, semua rasa suka dan duka yang telah kita
lalui bersama selama ini, akan ku kenang, dan kusimpan sebagai pelajaran dan
juga sebagai kenangan
Aku tak bisa melupakanmu, aku tak bisa menghapus bayanganmu,
tetapi yang kupasti bisa adalah menjalani hidup tanpamu, menyimpanmu sebagai
kenangan,cukup kenangan, tak lebih.
Aku hanya dapat berdoa, semoga tuhan dapat membuatmu sadar
akan semua ini, aku yakin penyesalan akan datang di akhir, tetapi yang lalu
biarlah berlalu, nasi sudah menjadi bubur, sekarang, seperti katamu dahulu,
bagaimana caranya bubur ini menjadi enak untuk dimakan, seperti itu bukan?
Rasanya berat melalui hari hari tanpa bayangmu, tapi aku
yakin aku mampu, ini hanya masalah waktu dan kerelaan.
Semoga aku dapat merelakanmu dengan cepat, dan menerima
kenyataan pahit ini.
Semoga kamu dapat menemukan penggantiku, tetapi ketahuilah,
yang kuyakin diluar sana, tak ada lelaki yang sebaik diriku, yang dapat
menerimamu dengan segala kekuranganmu.
Jika ada jalan tuhan akan menunjukan, jika kamu memang
untuk ku, kita akan bertemu lagi, entah kapanpun itu, tapi suatu saat nanti,
aku yakin.
Terima kasih untuk segalanya
kata terkahirku..
I love you, my lena.